Cinta adalah energi awal yang menggerakannya …

Pernikahan bukan sekedar ikatan perasaan, meskipun perasaan seyogyanya harus ada dalam ikatan pernikahan.
Pernikahan mengikat pelakunya. Bukan hanya dari sekedar rasa, tapi juga dalam ikatan hak dan kewajiban, pahala dan dosa.

Sebenarnya dalam bab cinta tak penting kita mengenal bentuknya, yang lebih penting kita melakukan gerakannya. Seperti terbangunnya tajmahal, tajmahal bukan bentuk cinta, itu adalah karya nyata dari gerak cinta.
Cinta mengajak kita bergerak seperti melodi yang mengajak kaki berdetak tanpa di sadari.

Ia tenaga yang mampu membangunkan orang dari tidurnya, membangkitkan jiwa dari malasnya.

Seperti angin yang menggerakan kincir angin, lalu kincir angin menggerakan turbin, dan turbin menghasilkan listrik.
Cinta adalah energi awal yang menggerakannya.
Semakin besar gelombangnya, semakin besar gerak yang di hasilkannya. Sebaliknya, semakin kecil gelombangnya semakin kecil gerak yang di hasilkannya. Besar kecil gerak adalah ukuran terlogis dari besar kecilnya gelombang.

Cinta bukan mengajari kita untuk lemah, tapi membangkitkan kekuatan.
Cinta bukan mengajari kita menghinakan diri, tapi menghembuskan kegagahan.
Cinta bukan melemahkan semangat, tapi membangkitkan gelora.
Cinta dapat mengubah pait menjadi manis. Debu beralih emas. Keruh menjadi bening. Sakit menjadi sembuh. Derita menjadi nikmat, dan marah jadi kasih sayang.

Demikian cinta.
Ukuran terlogis dari besar kecilnya cinta terlihat dari gerak yang di hasilkannya. Oleh karena itu, cinta tak pernah lama mengajak diri berdiam diri, dan tak pernah lama meratapi.

Seberat apapun kelak kita menghadapi badai, bergerak adalah pilihan terlogis untuk menyelesaikannya dan gerakan yang paling mudah  di pelajari oleh cinta dalam pernikahan adalah belajar memenuhi hak dan kewajiban.
-Tony Raharjo-

Leave a comment